AKHLAK
ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN MURID
TERHADAP GURU
Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu alkhulq, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat. Secara istilah akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
A. Akhlak terhadap orang tua
Orang tua adalah penyebab perwujudan
kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu
bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga
banyaknya., plus berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih.
Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan
bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa
beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak
bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban
dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang\orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang\orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
1. Kewajiban kepada ibu
Kalau ibu merawat jasmani dan
rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun merawatnya, mencari
nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disanping dusaha
ibu. Kalau mulai menganduna sampai masa muhariq (masa dapat membedakan mana
yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki
masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan
mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat
tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan
ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru
apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan,
banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya,
yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak
tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena demikian
inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak
dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya
dalam cara memuliakan orang tua.
2. Berbuat baik kepada ibu dan ayah,
walaupun keduanya lalim
Seorang anak menusut ajaran islam
diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun.
Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun
seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak
semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas,
mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, allah tidak meridhainya
sehingga orang tua itu meridhainya.
Menurut ukuran secara umum, si orang
tua tidak sampai akan aniaya kepada ananya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan
kepada orang tua kepada anaknya adalah disebakan perbuatan si anak itu sendiri
yang menyebabkan marah dan aniayanya orang tua kepada anaknya. Didalam kasus
demikian seandainya si orang tua marh kepada anaknya dan berbuat aniaya
sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, allah pun tidak meridhai si anak
tersebut lantaran orang tua.
3. Berkata halus dan mulia kepada
ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu
memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun
demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si
anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan
kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai
yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang
lebih mudah ditiru adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua,
terutama ibunya. Agar anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya,
harus dididik dan diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak
berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut
ajaran islam harus berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata
mulia.
4. Berbuat baik kepada ibu dan ayah
yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak
kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran
islam sebagaimana yang disiarkan oleh rasulullah dari Abu usaid :
Artinya : Abu usaid berkata
:”kami pernah berada pada suatu majelis bersama nabi,
seorang bertanya kepada rasulullah: wahai rasulullah, apakah ada sisa kebajikan
setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada
kedua orang tuaku. “rasulullah bersabda: ”ya, ada empat hal :mendoakan dan
memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan janji keduanya,
memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim yang engkau tiada
mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang tua.
Hadist ini menunjukkan cara kita
berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau itu sudah tiada
yaitu:
- Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada allah dari segala dosa orang tua kita.
- Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
- Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.
- Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.
Tetapi bagaimana jikalau kita ingin
berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh terhadapnya,
terkadang perintah yang di berikannya tidak sesuai dengan ketentuan islam.
Adapun cara menghadapi perintah
kedua orang tua yang bertentanga dengan ajaran islam:
- Jika suatu saat kamu disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya katakan kepada keduanya bahwasanya allah melihat kita.
- Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan ngotot, sebab tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan tenang dan penuh keyakinan dan percaya diri.
- Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan kekurangan. Jangan posisikan kedua orang tua seperti nabi yang tak pernah berbuat salah. Maafkan mereka, bila kita anggap cara dan perintah orang tua bertentangan dari hati nurani atau nilai-nilai yang kamu yakini kebenarannya.
B. Akhlak murid terhadap guru
Guru merupakan orang yang bejasa
terhadap sang murid.dengan kata lain guru merupakan orang yang mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar bimbingan orang tua dirumah,sehingga
akhlakul karima terhadap guru perlu di rerapkan sebagaimana akhlak kita
terhadap orang tua.
Adapun kode etik terhadap guru
meliputi :
Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:
- Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.
- Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil di depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan umpama lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.
- Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.
- Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
- Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru.
- Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.
- Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling banyak tiga kali.
- Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
- Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.
- Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal murid, ia harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah mendengar.
- Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyaratia memberi jawaban.
- Murid harus mengamalkan tayamun
(mengutamakan yang kanan). Ketika memberi sesuatu kepada guru. Harus
menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya terkesan
mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan tangan
secara berlebihan yang mengesankan kurang serius
Adab & Akhlak Kepada Orang Tua dalam HaditsPada beberapa artikel sebelumnya telah disampaikan mengenai sebagian ayat-ayat al Qur’an baik yang berhubungan dengan anak dan orang tua, berbakti kepada orang tua, kewajiban orang tua, dan lainnya. Pada artikel ini ini saya coba kutipkan beberapa hadits tentang adab dan akhlak kepada orang tua berikut ini.“Artinya : Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah bapak ibumu masih hidup ?” orang itu menjawab, “Ya” maka kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya” [Hadits Riwayat Bukhari, Muslim 5/2529 Abu Dawud 2529, Nasa'i, Ahmad 2/165, 188, 193, 197 dan 221]“Artinya : Ada yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasullullah aku berbaiat kepadamu untuk hijrah dan berjihad ingin mencari ganjaran dari Allah”. Kata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup ?”, kata orang tersebut “Bahkan keduanya masih hidup”. “Apakah engkau mencari ganjaran dari Allah ?. “Orang itu menjawab, “Ya aku mencari ganjaran dari Allah”. “Kembali kepada kedua orang tuamu, berbuat baiklah kepada keduanya”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya pulang” [Hadits Riwayat Muslim No. 2549]“Artinya : Jaa?Himah Radhiyallahu ‘anhu datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ya Rasulullah aku ingin perang dan aku datang kepadamu untuk musyawarah”. Kemudian kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah kamu masih mempunyai ibu?”. Kata orang ini, “Ibu saya masih hidup”. Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hendaklah kamu tetap berbakti kepada ibumu karena sesungguhnya surga berada di kedua telapak kaki ibu” [Hadits Riwayat Nasa'i, Hakim 2/104, 4/151, Ahmad 3/329]“Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]“Artinya : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman?teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]“Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: “Sholat tepat pada waktunya”, Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam “Berbuat baik kepada kedua orang tua”. Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Berjihad di jalan Allah”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).“Artinya : Diriwayatkan oleh ibnu Umar bahwasannya seorang laki?laki datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Apakah Ibumu masih hidup?”, berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Kalau bibimu masih ada?”, dia berkata : “Ya” . Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Berbuat baiklah padanya”. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi didalam Jami’nya dan berkata Al ‘Arnauth : Perawi?perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim. Lihat Jaami’ul Ushul (1/ 406).
Terimakasih !!! Anda sangat membantu
BalasHapus